Rabu, 20 Agustus 2008

Sudigdo Adi, Mewariskan Idealisme Politik Sang Ayah

Jurnal Nasional
28 September 2007

"ENGKAU sudah menjadi dokter. Kau harus ikut membangun negeri ini. Kalau ada orang yang merusak, minimal kamu tak ikut merusak. Negeri ini terbangun dari tetesan darah dan keringat orang tuamu ini," demikian Sudigdo Adi menceritakan kembali ucapan ayahnya, SH Adiwiyoto ketika dia lulus menjadi dokter. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dari PDI Perjuangan ini sampai merinding ketika mengulangi ucapan ayahnya yang pejuang Pembela Tanah Air (PETA) tersebut.
Sejak usia kelas V Sekolah Rakyat (SR, sekarang SD, red) pada taun 1960, Sudigdo kecil sudah disuruh ayahnya untuk membaca pidato Bung Karno yang berjudul Lautan Pancasila. Jadi, sejak kecil, politikus kelahiran Walikukun, 14 April 1949 ini telah hidup di lingkungan idealisme politik.
"Bahwa kemudian saya terjun ke politik, semata ingin meneruskan idealisme politik orang tua saya, dengan inspirator utama Bung Karno," kata Sudigdo yang ditemui Jurnal Nasional di ruang kerjanya di Jakarta, pekan lalu.
Maka, sejak tahun 1964, dia sudah menjadi anggota Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI). Disusul, pada tahun 1968 menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Tak heran kalau setahun kemudian, ketika masih kuliah tingkat I di Universitas Airlangga, Surabaya, Sudigdo yang baru berusia 19 tahun telah bergabung dengan Partai nasional Indonesia (PNI).
Doktor jebolan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini mengaku, terdorong ke politik karena situasi. Sang ayah yang mantan pejuang kemerdekaan telah menanamkan idealisme politik dalam dirinya. Idealisme untuk ikut serta membangun bangsa dan negeri ini. Sudigdo mengaku, sangat mengagumi idealisme sang ayah yang diwarisinya tersebut. "Orang tua saya tak pernah menyuruh saya menjadi kaya. Melainkan menjadi orang pinter, dengan sekolah yang baik, dan berjuang untuk membantu mengangkat harkat bangsa ini," kata ayah empat orang anak beristrikan seorang doktor bernama Sunarjati ini.
Kini, Sudigdo ingin tinggal menikmati hidup. Warisan idealisme politik sang ayah kini diestafetkan kepada empat orang anaknya. Dan, dia sangat yakin bawa anak-anaknya telah mampu mengemban estafet ini. "Sure! I am very sure!" kata Sudigdo ketika ditanya tentang kesiapan anak-anaknya dalam mengemban idealisme yang akan diwariskannya tersebut. Dia bahkan mengaku, tak akan mewariskan apapun, selain idealisme ini. Dia berharap, anak-anaknya dapat mengembangkan pendidikan yang telah diperoleh.
"Ingat, kalian harus tetap berjuang, karena kalian punya beban hutang moral untuk ikut membantu meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan bangsa ini. Kalian berasal dari keluarga pejuang. Kalian bisa sekolah karena Indonesia merdeka," itulah pesan yang Sudigdo sampaikan kepada anak-anaknya.
Sudigdo menegaskan, dirinya mampu meraih gelar doktor berkat generasi ayahnya yang telah memerdekakan Indonesia. Karenanya, dia merasa memiliki hutang pada bangsa ini. Dia pun berharap, generasi penerusnya memiliki kesadaran serupa. Sebuah warisan yang sangat berharga!


Tidak ada komentar: