Minggu, 09 November 2008

Tingkat Kesehatan dan Flu Burung

Hari hari ini sejak empat tahun yang lalu kita selalu diganggu dengan berita kematian oleh karena " epidemi flu burng "
Yang menjadi pertanyaan ini issue poltik atau kesehatan atau issue ekonomi global menggunakan penyakit sebagai monster?
Walaupun kematian ok infeksi flu burung di dunia dikawatirkan dan terjadi di banyak negara, namun dibandingkan dengan problem kesehatan kita di Indonesia maka secara angka sebenarnya perlu dipertimbangkan lagi penyiaran tentang penyakit flu burung itu agar masyarakat tidak menjadi terserang rasa cemas yang berlebihan.
Bayangkan saja misalnya angka kematian bayi pada saat dilahirkan di Jawa barat saja kurang lebih 35 sd 40 bayi meninggal setiap 10.000 kelahiran.berapa bayi yang baru lahir dan meninggal dunia setahun ? kemumungkinan besar penyebab kematian adalah faktor ketidak tahuan, faktor sarana dan prasana kesehatan terutama di daerah pinggiran.artinya menyangkut pendidikan, dan penataan sistem kesehatan di tanah air perlu dibenahi, jangan hanya membenahi tingkat pendidikan dasar saja. Ini problem yang cukup menakutkan, seandainya di Jawa barat atau di Indonesia ini ada sejuta kelahiran / tahun , maka artinya ada lebih dari 35 sd 40 ribu kematian bayi baru lahir / tahun. Apakah ini bukan tragedi nasional ?
Sementara sampai saat ini, infeksi oleh karena virus memang belum ada obbatnya. Membuat vaksin perlu virus spesifik dari tempat asal penyakit. Artinya secara awam maka flu burung di indonesia ya harus di vaksinasi dengan jenis virus yang menyerang indonesia. Usaha itu ( pembuatan vaksin ) kok belum ada tanda2 dimulai, padahal kita diserang flu burung sudah 4 tahun. OK- lah kalau vaksin buat manusia belum memungkinkan karena harus ada tahapan riset yang njlimet, bagaimana usaha membuat vaksin untuk usaha peternakan ayam misalnya ? Bukankah harus dimulai? berapa US $ yang harus dibuang untuk membeli vaksin flu burung di dalam rangka memberantas flu burung yang menyerang ayam misalnya ?
Dalih bahwa kita kurang tenaga ahli , perlu dipertanyakan sebab kita punya IPB, UGM yang mempunyai fakultas peternakan yang cukup handal. Kalau bicara prsarana belum ada, maka sebenarnya perlu dipertanyakan niat pengelola negeri ini, kapan akan meninggalkan ketergantungan terhadap orang asing baik dari tekonologi maupun metodologi ?
Kalau terus begini, maka pencetakan tenaga pfrofeional perlu ditingkatkan kalau tidak boleh dibilang gagal. Di saat ini, yang paling mungkin dikejar adalah bioteknologi untuk membuat vaksin, obat dan praktisi industri dipanggil partisipasinya, dan sisanya adalah tinggal koordinasi para ahli di berbagai pusat pendidikan bio-medical di seluruh tanah air dan dilakukan dengan memberikan prasarana dan sarana yang baik,sehingga terjadi suatu industri biopharmaceutical yang andal. Kalau mau pasti pasti bisa terlaksana.
Semoga di masa depan ide- ide seperti ini tidak hilang ditumpukkan arsip birokrasi.
Salam hangat
Sudigdoad, Prof

Tidak ada komentar: