Senin, 29 Desember 2008

Potret fenomena pendidikan dan harapan masa depan

Selamat pagi
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Salam sejahtera bagi kita semua
Selamat Natal bagi saudaraku sebangsa dan setanah air yang merayakan,
Selamat tahun baru 2008,
Selamat tahun baru Hijriah 1430
serta selamat tahun baru Jawa 1941.

Pembaca yang terhormat,
mari bersama kita renungkan masa depan pendidkan bagi anak bangsa saat ini, dan kita berharap untuk masa depan.

Kapasitas perguruan tinggi yang tersedia pada saat ini, secara umum hanya dipenuhi oleh orang yang mampu secara ekonomi dan kemapuan akademis yang tinggi. keterbatasan PTN yang ada, serta menjamurnya PTS di tanah air rasanya belum mampu menjawab kebutuhan tenaga profesional yang andal , bermutu tinggi dan mampu menjadi lokomotif pembangunan kesejahteraan bagi seluruh warganegara Republik Indonesia yang kita cintai bersama ini.
Fakta yang ada dihadapan kita saat ini adalah bahwa kualitas lulusan SLTA belum merata . Sejauh ini lulusan SLTA yang berada di pinggiran, hasilnya belum mampu bersaing dengan hasil lulusan di perkotaan terutama di kota besar yang terletak di Jawa.

Katakanlah, misalnya lulusan dari kota kabupaten di jawa saja belum tentu menang dengan lulusan SLTA favorit misalnya di SMA VIII jakarta, atau SMA III di bandung atau SMA V di surabaya.
Kenapa mereka merupakan hasil lulusan SLTA tersebut mempunyai mutu yang baik ? Terutama oleh karena mereka berasal dari hasil seleksi calon siswa yang terbaik dikotanya, jadi pada dasarnya mereka merupakan bibit unggulan. Yang kedua mereka pada umumnya bisa mendapat pelatihan diluar sekolah dengan melakukan les privat, atau bimbingan bejar dal lain sebagainya. Kalau anak2 ini dengan kemampuan yang tinggi berasal dari sekolah favorit tersebut masuk PTN ( perguruan tinggi negeri ) maka merupakan hal wajar saja. Persoalannya adalah berapa persenkah anak2 yang merupakan bibit unggul ini apabila dibandingkan dengan yang kwalitas biasa biasa saja ? Disisi lain, justru dari keluarga yang pas2an, pada umumnya mereka sulit menembus persaingan untuk masuk kesekolah yang bermutu tinggi tersebut dan harus difahami bahwa mereka pun mempunyai hak yang sama untuk masuk PTN.

Jadi yang terjadi sekarang adalah anak yang berkemampuan tinggi dan mempunyai latar belakang ekonomi yang relatif tinggi mempunyai kans lebih besar masuk PTN, maka cita2 BHP yang memberikan 20 % kursinya bagi yang tidak mampu menjadi sulit ditembus bagi kebanyakan anak lulusan SLTA yang standar saja.Mengapa demikian ? sebab ujian masuk saringan PT tidak melihat asal usul calon mahasiswa, akan tetapi melihat hasil seleksi ujian masuknya. kemampuan kognitif calon mahsiswa menjadi tolok ukur utama. Memang hal ini tidak salah, namun disisi lain adalah bahwa siswa SLTA di negeri kita yang mampu luslus saringan itu menjadi sanagat kecil persentasenya. Adanya banyak PT didirikan, maka juga terjadi segregasi mutu calon mahasiswa yang masuk ke PT. sehingg fenomena favoritisme juaga akan terjadi di perguruan tinggi.Jadi di dalam ini, kelihatannya terjadi seleksi alamiah yang menang adalah yang kuat ( survival of the fittest ), maka selanjutnya adalah tugas negara meningkatkan mutu SLTA yang ada di seluruh belahan tanah air agar fenomena " favoritisme " itu mengurang dan terjadi perataan mutu siswa SLTA sehingga ada suatu keuntungan bagi siswa di sekolah non fanorit untuk dapat masuk ke PTN.

Fenomena yang lain adalah oleh karena tidak diterima di PTN, maka anak lulusan SLTA yang tidak masuk ke PTN masuk ke PT swasta yang tentu biayanya akan lebih tinggi dari PTN. Sungguh ironis bukan ? mereka yang pas2an baik dari segi kemampuan dan umumnya juga pas2an dari segi finansial justru membayar lebih banyak dibanding mereka yang mapan dari segi finansial dan prestasi. kalauy hal ini dibiarkan maka 20 tahun yang akan datang, sarjana kita yang bermutu tinggi hanya akan bersasal dari kaum yang berpunya, jadi secara umum fenomena kesejahteraan sosial bagi selurah rakyat Indnonesia tentunya akan makin jauh dari kenyataan karena kita terjebak dalam persaingan bebas tanpa pengarahan dari negara yang seharusnya berperan memberikan kesempatan kepada kelompok yang perlu ditingkatkan kemampuannya.

Dari fenomena ini, maka UUBHP perlu juga dibantu dengan berbagai PP yang memberikan rambu2 agar agar proses persaingan bebas ini dapat dikendalikan bagi kemajuan anak bangsa yang akan datang.
Sebagai saran pemikiran sebagai berikut :
  1. Seleksi siswa pasca wajib belajar 9 tahun dengan tujuan melakukan strafikasi kemampuan bagi mereka yang mempunyai potensi untuk masuk PT diarahkan dan dibina agar mereka mampu melanjutkan ke PT. Mereka dipersiapkan menjadi inovator dalam penelitian dan menjadi sumber staf pengajar di PT yang berorientasi pada pengembangan ilmu ( Science )
  2. Sementara bagi yang kemampuannya kurang cukup untuk memasuki PT , diberikan wahana pendidkan profesi yang membuat mereka dapat langsung membuat lapangan pekerjaan demi peningkatan kesejahteraan mereka di masa datang.
  3. Bagi kelompok yang kedua ini disediakan pendidikan setara PT yang lebih berorientasi pada pendidikan profesi, dan mereka dipersiapkan menjadi sumber tenaga trampil dimasa datang untuk menunjang kemajuan teknologi dimasa datang.
  4. Pemerataan pendidikan di seluruh lapisan dan wilayah di dalam lingkup negara kesatuan rRepublik Indonesia
Demikian hasil renungan pagi hari di tahun baru Hijriah atau tahun baru Jawa,
selanjutnya penulis menanti komentar dan saran dari pembaca yang terhormat.
Salam
Sudigdoadi

Tidak ada komentar: